Minggu, 03 Februari 2008

PESAN MORAL IYOPE MEE

Kita sulit menyapa, bunyi suara ini dari arah sebelah mana. Yang pasti suatu komentar canggih, menyebabkan kita sulit menentukan arah, dri sebelah mana sanjungan ini. Bukan karena komentator biasa, tapi suatu komentar yang menurut kita sangat canggih, melibihi yang dikomentari.

Karena itu disini kita" agak" kurang enak, menjadi malu, tapi juga sekaligus menjadi bangga. Padahal tulisan yang dikomentari banyak mengandung kekurangan yang tak terhitung banyaknya.

Justeru sebaliknya disini ingin kembali mengomentari balik atas atas bait-bait puitisnya yang menjadi lebih menarik untuk kita komentari balik. Karena kita orang Papua dalam sistem pendidikan jajahan yang biased cultur dan budaya Indonesia, masih ada rekan Papua sebagaimana saudara Iyopoo Mee, yang sanggup membahasakan dengan bahasa yang sangat indah.

Iyope Mee, menunjukkan kecanggihan komentar dan kemampuan IQ atau intelek diatas rata-rata anak-anak Papua. Saudara Iyope Mee ini dimiliki kelebihan dalam mengolah kata yang sangat bagus dan indah menurut saya. Menurut saya Bung Iyopoo Mee memiliki rasa estetika tinggi, hal terlihat betul dari komentarnya atas tulisan saya yang sangat sederhana dan kacau. Bahkan sebenarnya, diperhatikan, gagasan saya sesungguhnya lompat-lompat dalam ide penulisannya.

Karena itu disini saya berani mengatakan bahwa kemampuan Saudara Iyopoo Mee diatas kemampuan rata-rata kita, dia lebih mapan dalan hal intelektualitas kita biasa. Kita kagum dan salut padanya. Kemampuan demikian itu menjadi nyata dan ia telah mempertunjukkan kepada kita dalam komentarnya atas tulisan sederhana itu.

Komentar yang canggih seperti ini dan yang itu tidak memungkinkan semua kita. Tapi ia mampu mengexpresikan suatu tingkat inteletual sebagaimana yang diperlihatkan pada kita semua.

Komentar yang didalamnya penuh dengan nuansa sastra mengingatkan saya pada Gunawan Muhammad, yang pernah menulis dengan sangat indah tapi banyak mengandung pesan-pesan moral, sembari me-reintrepretasi pengantar buku karya Nurcholis Madjid yang berjudul : "Pintu-Pintu Menuju Tuhan" yang diterberbitkan oleh Yayasan Paramadina pada edisi kedua kalinya.

Kita diingatkan dalam pesan moralnya Iyopoo Mee, yang menulis dalam tanda petik sembari mempertanyakan komitmen kita pada perjuangan. "Bukankah "suci" paradigma orang Papua Barat terapan Neo-Kolonialisme NKRI?.

Dalam nada pertanyaan, ia menyatakan ini. Apa yang dimaksudkannya tidak begitu jelas bagi kita. Tapi kita mulai mengerti bahwa ia mengatakan bahwa perjuangan Papua "kayaknya" ada yang diintervensi dan dibuat sebagai susupan dari luar. Dan hal itu diikuti segelintir elit Papua dengan janji-janji tertentu. Kepada segelintir orang Papua itu difasilitasi dengan fasilitas tertentu dan jabatan
tertentu.

Selanjutnya kita orang-orang Papua, tidak memperjuangkan Papua Merdeka secara sesungguhnya, tapi katanya hanya membangun egoisme, cari nama, gila pujian dengan membiarkan persatuan dan persaudaraan antar sesama pejuang Papua sebagai akibat utama perpecahan gerakan perjuangan dengan kata-kata di bawa ini :

Atas nama "pembangunan AKU" mereka melepas "cinta".

Akiabat yang terjadi adalah hilangnya rasa saling menghargai, saling melindungi dan menjaga antar sesama pejuang Papua. Dia menyebutnya dengan 'Putus cinta'. Putus hubungan kesatuan dan persatuan antar sesama masyarkat Papua. Sehingga harapan papua merdeka menjadi harapan belaka. Hanya sebagai mimpi-mimpi indah bagi rakyat kecil. Sebab ketiadaan kesatuan dan persatuan para pemimpin menyebabkan Papua Merdeka hanya menjadi mimpi. Lanjutnya lagi :

"Putus Cinta" sebab rentetan "uthopis" langka
perjuangan".

Ketiadaan saling menghormati antar pejuang menjadi sulit mewujudkan Papua merdeka yang sesungguhnya sudah didepan mata. Hal mana demikian itu pernah diwujudkan dalam kongres Papua ke II di GOR pada tahun 2000. Semua sebab keretakan oleh akibat ketiadaan saling menghormati dan mencari nama para elit pejuang Papua merdeka adalah kenyataan kelemahan.

Maka, benarlah kemiskinan "penghargaan itu". Karena Siapa? Yah..., tidak lain adalah "saya". Saya yang tetap bertahan dengan akal kebodohon. Akal yang meng-kuasai otak, ulah hitungan "harga" yang HARUS diterima. Itukah rakyat PB?, itukah Pejuangan PB?."

Oleh siapa semua ini, tapi ia menulisnya dengan kata 'Karena Siapa', dijawabnya sendiri, Iyopoo Mee, oleh 'Saya'. Saya atau egoisme, membangga-banggakan diri, Papua Merdeka kalau bukan saya tidak bisa atau saya yang paling bisa membuat Papua merdeka. Segala tengek bengek egoisme dinyatakannya dalam bentuk puitis, menjadi mendalam dan indah untuk kita membacanya.

Hal demikian dan kemampuan bagus dengan bahasa indah dimiliki Iyoope Mee. Ada beberapa hal yang penting di cermati oleh kita atas komentar Iyopoo Mee, yang mengandung pendidikan etika sekaligus estetika antara lain adalah :

Pertama; Antar sesama Pejuang Papua , tidak bisa tidak, tapi penting untuk saling menghargai antar sesama "anak-anak Papua". Pesan intrinsik yang disampaikannya sebagai usulan sampingan tetapi, paling utama, dari isi pesannya adalah dengan mematikan egoisme, atau gila hormat.

Kedua; Dengan adanya egoisme dan tidak saling hargai, maka orang-orang Papua, para pejuangnya mudah pecah, bentrok kepentingan, oleh akibat hegemoni kapitalisme. Sehingga dalam perjuangan Papua yang mendominasi adalah bukan tujuan tetapi harapan mendapatkan apa.

Ketiga; Sehingga kita selalu terjebak pada kepentingan, yang sesungguhnya itu, adalah kepentingan asing. Akibatnya kita mudah dipecah-belah oleh musuh, dan kita khirnya mau juga hanyut didalamnya.

Kempat; Orang Papua harus kembali merumuskan gerakan Perjuangan Papua Merdeka dengan berbagai pendekatan, terutama mencari formulasi tepat dan hal ini kalau kita selalu merenung, merefleksi. Mungkin yang dimaksudkannya adalah pendekatan gerakan perjuangan dengan gerakan intelektual.

Pujian patut kita sampaikan pada Iyopoo Mee, agar perpecahan yang diakibatkan oleh dominasi kepentingan kapitalisme dan kolonialisme dapat terhindar bagi tokoh-tokoh Papua. Karena itu hanya memalingkan tujuan murni yakni kewajiban berjuang membela tanah Air Papua.

Pesannya ini memiliki relevansi kondisi obyektif yang kini kita hadapi. Bagi para tokoh Papua jangan kalian menjual Papua kepada kepentingan orang-orang asing. Tapi bersatulah kalian semua agar kita membebaskan diri dari penjajahan.

Iyopoo Mee mengakhiri pesan komentarnya itu dengan kembali membuka hubungan antar sesama pejuang Papua, misalnya antara sayap TPN/OPM di satu sisi dan PDP/DAP dipihak lain dengan saling mengakui eksistensiya. Tapi agaknya ia lebih menaruh harapan untuk bertemu untuk saling menyapa kembali antar sesama pejuang Papua

Demikian kita pahami dari komentar Iyopoo Mee yang sarat nilai dengan pendidikan bagi kita semua, Gerakan Perjuangan Menuju Papua Merdeka, terutama dari aspek politic education, isi pesannya sangat relevant kondisi papua kekinian kalau kita mau belajar menghargai teman sesama pejuang Papua.

Tidak ada komentar: