Judul tulisan ini menurut sebahagian orang salah, sebab dengan mempertanyatakan, mengapa Papua belum merdeka, mengasumsikan bahwa Proklamasi Papua Merdeka seakan belum pernah ada. Padahal kita semua telah tahu bahwa pada tanggal 1 Desenber tahun 1961, proklamasi kemerdekaan Papua pernah diproklamirkan di Port Numbay. Namun sayang, Belanda yang mensponsori ini tidak menunjang serta mempersiapkan sumber daya manusia Papua yang memadai. Mengapakah lalu, pertanyaanya, Proklamasi kemerdekaan Papua lepas dan dirampas oleh Indonesia? Tulisan ini mencoba mengupas sedikit dibalik kejadian alasan-alasan dibelakang semua itu.
ORGANISASI PAPUA LEMAH
Sejauh yang diamati--baik itu pengamatan dari luar maupun pengamatan dari dalam oleh kita, sebagai "Anak Baru Gede, (ABG)", Papua, yang tidak terkait dengan peristiwa pada tahun 1960-an--dewasa ini nampak sekali terlihat sangat jelas, bahwa gerakan Papua Merdeka, yang dibangun dari sedari awal tidak sistematis dan terorganisir sebagaimana lazimnya sebuah organisasi modern menuju sebuah bangsa dan negara merdeka.
Hal ini disebabkan karena tidak seluruh SDM orang-orang Papua zaman itu dipersiapkan secara memadai oleh Belanda. Ditambah lagi tidak semua orang Papua, terutama di daerah pegunungan tengah yang jumlah penduduknya sangat padat dan dominant asli Papuanya belum dijangkau seluruh, kecuali Belanda baru membuka pos-pos pemerintahan tidak dalam artian sesungguhnya kecuali oleh Missionaris dalam missi penyiaran agama.
Lebih lagi mengingat geografis Papua yang sangat luas dan besar atau terberat bagi invasi pembangunan, menjadi sulit bagi Belanda untuk membangun dan mempersiapkan infrasruktur terutama pendidikan, untuk memajukan Papua. Apalagi Belanda baru mau serius menangani Papua dengan anggaran yang besar saat mereka terusir dari Hindia Belanda. Maka bisa dibayangkan dari kondisi alam yang sulit dijangkau seperti itu dalam waktu yang sangat singkat, tentu Belanda tidak mampu memerdekan Papua, untuk mengurus dirinya sendiri.
Maka wajarlah perampasan kemerdekaan orang Papua, sehingga belakangan Papua beralih pangkuan --daripangkuan Belanda ke --pengakuan Indonesia dalam sidangbPBB. Maka, ini artinya sesungguhnya Belanda belum mempersiapkan orang Papua untuk berdaulat sendiri terlepas dari semua pangkuan dan pengakuan, serta mempertahankan kemerdekaannya itu, jika benar memang Papua telah pernah dimerdekakan Belanda.
Tapi memang betul Proklamasi kemerdekaan Papua pernah diproklamirkan terbukti dari, sebagaimana dalamnya Soekarno, Trikora, yang salah satu isi perintah/amarnya itu berbunyi; Bubarkan negara boneka buatan belanda di Irian Barat. Walaupun ada beberapa orang terdidik, seperti Marten Indey dan Silas Papare, namun itu belum mencerminkan semua. Apalagi kemudian diketahui bahwa mereka dua yang disebut-disebut sebagai inteletual Papua pertama ini lebih mendukung untuk berintegrasi dengan Indonesia daripada merdeka sendiri yang sudah dipersiapkan oleh Belanda. Belakangan terbukti bahwa orang Papua terdidik yang disebut belakangan sebelumnya sering hadir dalam forum-forum nasional dan internasional "atas nama" atau mewakili Papua, dan karenanya sangat terpengaruh oleh retorika politiknyaSoekarno.
Dalam suatu pertemuan yang diadakan di Denpasar Bali tentang masa depan Papua oleh Indonesia dalam tahun1950-an, untuk membicarakan masa depan status Papua, (termasuk dalam proses nama Papua beralih ke Irian Barat, sebagi nama baru pemberian Silas Papare dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung, untuk menamakan Pulau raksas ini), Silas Papare hadir dengan beberapa orang Papua dan beberapa orang dari Tidore-Ternate (Maluku Utara) sebagai delegasi untuk merwakili Papua dalam pertemuan itu. Dan agaknya dengan beberapa delegasi dari Raja Ampat dan juga Silas Papare dipengaruhi dalam pertemuan di Bali oleh Indonesia, terbukti belakangan oleh tokoh ini membawa tarik Papua masuk ke NKRI, termasuk utak-atik nama Papua menjadi Irian, sebab itu sikap mereka lebih cenderung ingin bergabung dalam pangkuan NKRI-nya Soekarno, daripada berdaulat sendiri sebagai sebuah bangsa Papua yang Merdeka. Padahal ada niatan Belanda untuk memerdekakan Papuadan akhirnya memang terbukti, bahwa proklamasi Papua merdeka di prolamirkan pada tanggal 1 Desember tahun1961 itu.
Namun sangat disanyangkan, hal tersebut sangat terburu-buru, dan tidak dipersiapkan secara matang dari sebelumnya. Bahkan tidak ditunjang dengan penyiapan sumber daya manusia Papua yang memadai untuk berdaulat dan mengurusnya guna membangun Papua, kecuali terkesan taktik Belanda belaka, guna menghindarkan Papua dari ambisi orang nomor satu Indonesia itu, yang sebelumnya memproklamirkan Negerinya dengan batas teritorial dari dari Sabang sampai Merauke.
Dengan mengemukakan latar belakang ini kita menjadi jelas untuk akhirnya bahwa menyadari bahwa membagun suatu organisasi yang solid adalah penting untuk menciptakan pemimpin kuat yang nasionalis bagi sebuah kedaulatan bangsa. Maka organisasi tidak bisa tidak, kecuali harus dengan organisasi yang kuat untuk mengorganisir dan menggerakkan sumua masyarakat semua tingkatan rakyat suatu bangsa. Sejauh yang kita amati yang lebih banyak berperan dalam konferensi ataupun perjuangan Papua dalam forum nasional maupun Internasional hanya segelintir orang Papua yang sama sekali tidak mencerminkan orang Papua beserta segenap aspirasinya terutama dari pegunungan tengah Papua.
Selain organisasi Papua yang rapuh di satu dipihak, dan dilain pihak sebelumnya Belanda tidak bersungguh-sungguh membangun Papua. Maka semua menjadi sia-sia belaka, untuk tidak dikatakan hanya sebuah taktik Belanda, agar Papua tidak berintegrasi dengan NKRI-nya Soekarno. Belanda belum sepenuhnya mempersiapkan orang Papua untuk berdaulat penuh dinegerinya sendiri kelak. Bahkan terkesan bagi Belanda, Papua ingin dijadikan tempat pemikiman baru bagi orang-orang Indo Belanda. Belanda baru semangat-semangatnya mau membangun Papua, setelah tahun 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya Belanda ingin bertahan di Papua. Hal ini terbukti dari sejumlah orang Indo Belanda, di-datang-kan dari Hindia Belanda (Indinesia), untuk membangun kehidupan barunya ditanah harapan, GUINIA BARAT atau Papua kini
Namun harapannya ini menjadi tidak terealisir karena kalah oleh taktik Soekarno dalam mempermaikan dua negara Adi Daya yakni Amerika dan Unisoviet kala itu yang saling mempengaruhi dunia ketiga dan menanamkan ideologinya bagi negara-negara baru merdeka untuk hidup sesuai dengan citra dan selera ideologi dua negara Super Power ini. Maka jelas dan wajar alasannya bahwa Belanda belum sempat dan tidak punya waktu cukup untuk mempersiapkan putra Papua secara menyeluruh untuk merdeka sendiri sebagai sebuah bangsa yang berdaulat atau terlepas sama sekali dari pangkuan kepangkuan negara penjajah, termasuk penjajah NKRI saat ini.
Dugaan ini sangat jelas sekali, bila kita baca buku yang terbit tahun 2001 lalu tentang, Belanda di Irian Barat, yang ditulis oleh sejumlah mantan pejabat Amtenar Belanda yang bertugas di Papua saat itu. Bahkan "klaim" bahwa kita sudah merdeka sejak tahun1961, sebagaimana oleh elit Papua selama ini berangkat dari asumsi bahwa 1 Desmber 1961 proklamsi negara Papua Barat itu memang ada. Sehingga jelas tuntutannya sekarang adalah menuntut Indonesia untuk mengebalikan kemerdekaan orang Papua itu. Dan agendanya kini hanya, meluruskan sejarah.
Judul tulisan ini menurut sebahagian orang salah, sebab dengan mempertanyatakan, mengapa Papua belum merdeka, mengasumsikan bahwa Proklamasi Papua Merdeka seakan belum pernah ada. Padahal kita semua telah tahu bahwa pada tanggal 1 Desenber tahun 1961, proklamasi kemerdekaan Papua pernah diproklamirkan di Port Numbay. Namun sayang, Belanda yang mensponsori ini tidak menunjang serta mempersiapkan sumber daya manusia Papua yang memadai. Mengapakah lalu, pertanyaanya, Proklamasi kemerdekaan Papua lepas dan dirampas oleh Indonesia? Tulisan ini mencoba mengupas sedikit dibalik kejadian alasan-alasan dibelakang semua itu.
ORGANISASI PAPUA LEMAH
Sejauh yang diamati--baik itu pengamatan dari luar maupun pengamatan dari dalam oleh kita, sebagai "Anak Baru Gede, (ABG)", Papua, yang tidak terkait dengan peristiwa pada tahun 1960-an--dewasa ini nampak sekali terlihat sangat jelas, bahwa gerakan Papua Merdeka, yang dibangun dari sedari awal tidak sistematis dan terorganisir sebagaimana lazimnya sebuah organisasi modern menuju sebuah bangsa dan negara merdeka.
Hal ini disebabkan karena tidak seluruh SDM orang-orang Papua zaman itu dipersiapkan secara memadai oleh Belanda. Ditambah lagi tidak semua orang Papua, terutama di daerah pegunungan tengah yang jumlah penduduknya sangat padat dan dominant asli Papuanya belum dijangkau seluruh, kecuali Belanda baru membuka pos-pos pemerintahan tidak dalam artian sesungguhnya kecuali oleh Missionaris dalam missi penyiaran agama.
Lebih lagi mengingat geografis Papua yang sangat luas dan besar atau terberat bagi invasi pembangunan, menjadi sulit bagi Belanda untuk membangun dan mempersiapkan infrasruktur terutama pendidikan, untuk memajukan Papua. Apalagi Belanda baru mau serius menangani Papua dengan anggaran yang besar saat mereka terusir dari Hindia Belanda. Maka bisa dibayangkan dari kondisi alam yang sulit dijangkau seperti itu dalam waktu yang sangat singkat, tentu Belanda tidak mampu memerdekan Papua, untuk mengurus dirinya sendiri.
Maka wajarlah perampasan kemerdekaan orang Papua, sehingga belakangan Papua beralih pangkuan --daripangkuan Belanda ke --pengakuan Indonesia dalam sidangbPBB. Maka, ini artinya sesungguhnya Belanda belum mempersiapkan orang Papua untuk berdaulat sendiri terlepas dari semua pangkuan dan pengakuan, serta mempertahankan kemerdekaannya itu, jika benar memang Papua telah pernah dimerdekakan Belanda.
Tapi memang betul Proklamasi kemerdekaan Papua pernah diproklamirkan terbukti dari, sebagaimana dalamnya Soekarno, Trikora, yang salah satu isi perintah/amarnya itu berbunyi; Bubarkan negara boneka buatan belanda di Irian Barat. Walaupun ada beberapa orang terdidik, seperti Marten Indey dan Silas Papare, namun itu belum mencerminkan semua. Apalagi kemudian diketahui bahwa mereka dua yang disebut-disebut sebagai inteletual Papua pertama ini lebih mendukung untuk berintegrasi dengan Indonesia daripada merdeka sendiri yang sudah dipersiapkan oleh Belanda. Belakangan terbukti bahwa orang Papua terdidik yang disebut belakangan sebelumnya sering hadir dalam forum-forum nasional dan internasional "atas nama" atau mewakili Papua, dan karenanya sangat terpengaruh oleh retorika politiknyaSoekarno.
Dalam suatu pertemuan yang diadakan di Denpasar Bali tentang masa depan Papua oleh Indonesia dalam tahun1950-an, untuk membicarakan masa depan status Papua, (termasuk dalam proses nama Papua beralih ke Irian Barat, sebagi nama baru pemberian Silas Papare dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung, untuk menamakan Pulau raksas ini), Silas Papare hadir dengan beberapa orang Papua dan beberapa orang dari Tidore-Ternate (Maluku Utara) sebagai delegasi untuk merwakili Papua dalam pertemuan itu. Dan agaknya dengan beberapa delegasi dari Raja Ampat dan juga Silas Papare dipengaruhi dalam pertemuan di Bali oleh Indonesia, terbukti belakangan oleh tokoh ini membawa tarik Papua masuk ke NKRI, termasuk utak-atik nama Papua menjadi Irian, sebab itu sikap mereka lebih cenderung ingin bergabung dalam pangkuan NKRI-nya Soekarno, daripada berdaulat sendiri sebagai sebuah bangsa Papua yang Merdeka. Padahal ada niatan Belanda untuk memerdekakan Papuadan akhirnya memang terbukti, bahwa proklamasi Papua merdeka di prolamirkan pada tanggal 1 Desember tahun1961 itu.
Namun sangat disanyangkan, hal tersebut sangat terburu-buru, dan tidak dipersiapkan secara matang dari sebelumnya. Bahkan tidak ditunjang dengan penyiapan sumber daya manusia Papua yang memadai untuk berdaulat dan mengurusnya guna membangun Papua, kecuali terkesan taktik Belanda belaka, guna menghindarkan Papua dari ambisi orang nomor satu Indonesia itu, yang sebelumnya memproklamirkan Negerinya dengan batas teritorial dari dari Sabang sampai Merauke.
Dengan mengemukakan latar belakang ini kita menjadi jelas untuk akhirnya bahwa menyadari bahwa membagun suatu organisasi yang solid adalah penting untuk menciptakan pemimpin kuat yang nasionalis bagi sebuah kedaulatan bangsa. Maka organisasi tidak bisa tidak, kecuali harus dengan organisasi yang kuat untuk mengorganisir dan menggerakkan sumua masyarakat semua tingkatan rakyat suatu bangsa. Sejauh yang kita amati yang lebih banyak berperan dalam konferensi ataupun perjuangan Papua dalam forum nasional maupun Internasional hanya segelintir orang Papua yang sama sekali tidak mencerminkan orang Papua beserta segenap aspirasinya terutama dari pegunungan tengah Papua.
Selain organisasi Papua yang rapuh di satu dipihak, dan dilain pihak sebelumnya Belanda tidak bersungguh-sungguh membangun Papua. Maka semua menjadi sia-sia belaka, untuk tidak dikatakan hanya sebuah taktik Belanda, agar Papua tidak berintegrasi dengan NKRI-nya Soekarno. Belanda belum sepenuhnya mempersiapkan orang Papua untuk berdaulat penuh dinegerinya sendiri kelak. Bahkan terkesan bagi Belanda, Papua ingin dijadikan tempat pemikiman baru bagi orang-orang Indo Belanda. Belanda baru semangat-semangatnya mau membangun Papua, setelah tahun 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya Belanda ingin bertahan di Papua. Hal ini terbukti dari sejumlah orang Indo Belanda, di-datang-kan dari Hindia Belanda (Indinesia), untuk membangun kehidupan barunya ditanah harapan, GUINIA BARAT atau Papua kini
Namun harapannya ini menjadi tidak terealisir karena kalah oleh taktik Soekarno dalam mempermaikan dua negara Adi Daya yakni Amerika dan Unisoviet kala itu yang saling mempengaruhi dunia ketiga dan menanamkan ideologinya bagi negara-negara baru merdeka untuk hidup sesuai dengan citra dan selera ideologi dua negara Super Power ini. Maka jelas dan wajar alasannya bahwa Belanda belum sempat dan tidak punya waktu cukup untuk mempersiapkan putra Papua secara menyeluruh untuk merdeka sendiri sebagai sebuah bangsa yang berdaulat atau terlepas sama sekali dari pangkuan kepangkuan negara penjajah, termasuk penjajah NKRI saat ini.
Dugaan ini sangat jelas sekali, bila kita baca buku yang terbit tahun 2001 lalu tentang, Belanda di Irian Barat, yang ditulis oleh sejumlah mantan pejabat Amtenar Belanda yang bertugas di Papua saat itu. Bahkan "klaim" bahwa kita sudah merdeka sejak tahun1961, sebagaimana oleh elit Papua selama ini berangkat dari asumsi bahwa 1 Desmber 1961 proklamsi negara Papua Barat itu memang ada. Sehingga jelas tuntutannya sekarang adalah menuntut Indonesia untuk mengebalikan kemerdekaan orang Papua itu. Dan agendanya kini hanya, meluruskan sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar