Sabtu, 12 Maret 2011

ISLAM DAN KOTEKA SIMBOL PEMERSATU PRIMADONA PEMILUKADA PAPUA 2011-2016

 
By : Ismail Asso*


A.     Pendahuluan

Pemilihan Umum Kepala Daerah (PEMILUKADA) atau Pemilihan Gubernur Propinsi Papua 2011-2016 ramai dikampanyekan melalui berbagai medium. Kampanye tebar poster disudut-sudut jalan utama kota dan media cetak-elektronik dalam berbagai kesempatan acara para calon sudah sejak dini dilakukan. Walaupun kampanye secara resmi belum  dijadwalkan KPUD.

Kampanye terselubung maupun sosialisasi diri terang-terangan calon dengan berbagai manuver dan trategi pendekatan sudah lama dimulai. Tawaran program konkrit dan kebutuhan mendasar rakyat tentu saja jadi prioritas utama kampanye semua calon.

Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK), Pemilukada Papua-Papua Barat melalui mekanisme pemilihan langsung oleh rakyat.


“Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur oleh DPR Papua sebagaiman diatur dalam pasal 7 ayat 1 huruf a UU 21/2001 tidak memenuhi kriteria kekhususan  atau keistimewaanya yangng melekat pada daerah yang bersangkutan,” kata Hamdan Zoelva.( http://us.mc1207.mail.yahoo.com/mc/welcome?)”.

Ini berarti system pemilihan langsung oleh rakyat tetap dipertahankan. Sisi negative system ini adalah kekhawatiran mengulangi pengalaman praktek tidak wajar. KPUD tiap Kabupaten rawan transaksi jual-beli suara rakyat sebagaimana pengalaman sebelumnya. Dampak lain biaya yang harus dikeluarkan calon tidak sedikit agar memenangkan Pemilukada.
Pesta demokrasi rakyat Papua karena itu harusnya bukanlah ditentukan siapa banyak uang dan hal-hal sekunder lainnya, akan tetapi tapi seharusnya didasarkan program calon serta visi-misi mereka, bagaimana rakyat Papua kedepan hendak dibawa kemana maha amat penting untuk menjadi pilihan rakyat Papua.

ISLAM DAN KOTEKA SIMBOL PEMERSATU

Terlepas dari wacana mekanisme pemilihan langsung rakyat atau oleh DPRP. Namun yang paling essensial perhatian dari semua proses itu adalah kemenangan. Karena bagi semua calon kemenangan adalah tujuan utama dari semua proses itu. Namun kemenangan yang diharapkan sulit diraih jika para candidat salah perhitungan dan tidak cerdas menganalisis peta kekuatan.

Ada dua kekuatan kelompok sosial masyarakat Papua yang dominant harus diperhatikan disini adalah pertama kelompok masyarakat urban kota yang mayoritas beragama Islam. Dewasa ini oleh akibat Otsus Papua sebagaimana adagium; 'dimana ada gula pasti disitu ada semut'.

Tentu saja saat ini Papua dibanjiri urban asal Jawa, BBM (bugis, Buton dan Makasar) dll dikota-kota Papua adalah kekuatan baru dan kedua; adalah suara Rakyat Pegunungan Tengah Papua (PTP) yang dikenal solid dan militant akan jadi main streem dalam Pemilukada Papua kedepan ini.

Calon Gubernur (CAGUB) karenanya jangan mengabaikan potensi suara mayoritas itu. Analisa penulis suara PTP tidak akan pecah dalam menentukan dominasinya untuk menentukan kepemimpinan Papua kedepan. Siapapun CAGUB karenanya harus merangkul dua kelompok social dominant ini dipastikan harapan kepastian kemenangan akan diberikan dua kelompok social ini.

CAWAGUB (Calon Wakil Gubernur) refresentasi Umat Islam Papua primadona bagi semua calon kandidat Gubernur Papua mendatang. Siapapun orang ke-1 Papua dan latar belakang social cultur Papua (baca: Pesisir-Gunung) manapun, orang ke-2 (Calon Wakil Gubernur) Muslim Papua ideal bukan saja jaminan kebutuhan demokrasi modern tapi juga kemenangan dan kesuksesan kepemimpinan Papua.

Alasannya, suara masyarakat urban mayoritas beragama Islam sangat significant diperkotaan Papua. Sehingga siapapun kandidat Gubernur sebagai orang ke-1 tidak bisa mengabaikan, kalau bukan, malah pasangan Calon Wakil Gubernur Muslim penentu kemenangan PEMILUKADA Papua. Bahkan suara masyarakat Urban Papua dianggap pemegang kartu AS sulit dipungkuri kandidat calon Gubernur Papua.

Amanat UU Otsus Papua bahwa Cagub-Cawagub Papua harus orang Asli Papua sebagai symbol kekhususan. Hal ini tentu saja kekhawatiran Golput kelompok masyarakat Urban tetap terjadi. Namun fakta lain yang sulit dipungkiri siapapun calon Gubernur adalah significansi suara masyarakat urban Papua yang memiliki hak pilih tanpa hak dipilih, melalui aparat keamanan sebagaimana biasa, tentu saja digiring untuk mengsukseskan Pemilikada tetap ikut dihitung suaranya.

Oleh sebab itu CAWAGUB Muslim Papua sebagai refresentasi umat Islam Papua akan menjadi “Primadona” ibarat bunga desa. Maka dengan sendirinya akan menjadi rebutan semua kandidat calon Gubernur Papua tahun 2011-2016, jika ingin keluar jadi pemenang PEMILUKADA Papua 2011-2016 nanti. Suara Umat Islam Papua kini sebanding dengan suara Rakyat Pegunungan Tengah Papua (PTP). Suara PTP berdasarkan penelitian BPS mayoritas penduduk Papua. Masyarakat PTP, dikenal selama ini militant, kompak dan solid.

Jika ada Cagub refresentasi suara “Koteka” (PTP) berpasangan dengan Cawagub Muslim Papua adalah pasangan par exelance. Mengingat dependensi Otsus Papua ke Pusat ada kebutuhan “kemudahan komunikasi indah” Pusat-Daerah bila pasangan Calon Gubernur dari Gunung bersanding dengan Calon Wakil Gubernur dari Muslim Papua.

Suara Umat Islam Papua dan Masyarakat Pegunungan Tengah Papua bila disatukan dalam satu paket calon Gubernur-Wakil Gubernur Papua kedepan ini dimajukan dalam Pemilukada maka dapat dipastikan bisa keluar sebagai pemenang Pemilukada Papua 2011-2016, jika pemilihan murni tanpa ada kecurangan.

Karena kedua kelompok masyarakat ini menempati populasi jumlah penduduk Provinsi Papua berdasarkan hitungan statistic. Karenaya sangat menentukan kemengangan dalam jumlah suara. Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Papua bila bisa disandingkan menjadi pasangan “MUSLIM-KOTEKA” adalah pasangan paling ideal bagi semua pemilih, terutama pemilih kawula muda diperkotaan.

Cagub koteka dan Cawagub muslim membawa missi integrasi dua kelompok social yang selama ini paling sulit terintegrasi dalam sejarah masyarakat Papua selama Papua masuk dalam NKRI. Karena itu Cawagub “MUSLIM-KOTEKA”, bagai bunga desa yang menjadikan dream team (tim impian) perubahan Papua kedepan lebih integrative. Maka wajar jika dikatakan bahwa Cagub refresentasi cultur “Koteka” dan Cawagub Muslim Papua paling popular kepemimpinan Papua kedepan.  

Oleh sebab itu sudah saatnya konsolidasi kedua kelompok social ini masing-masing secara internal. Maka dapat dipastikan pasangan primadona itu paling menentukan kepemimpinan Papua kedepan. Partai Politik berbasis Massa Islam dan Ormas Islam secara internal disatu pihak guna menjaga keutuhan suara Umat Islam Papua. Dan konsolidasi sama semua organ element Masyarakat Pegunungan Tengah Papua (PTP) dengan semangat satu KOTEKA.

Lalu disatupadukan menjadi pasangan “MUSLIM-KOTEKA”, maka akan menjadi pasangan ideal par exelance kepemimpinan Papua kedepan paling menentukan. Terlepas dari hasil survey beberapa waktu lalu yang menempatkan Barnabas Suebu calon menempati urutan pertama calon Gubernur Propinsi Papua, satu hal yang luput- karena itu tidak bisa begitu saja diabaikan para analis social politik Papua- dari penelitian itu adalah calon kandidat Gubernur asal Pegunungan tengah Papua (PTP).

Bahwa secara sosiologis dalam laporan BPS tahun 2007, penduduk paling padat dan populasi terbesar papua adalah penduduk PTP. Dari berbagai aspek soaial selama ini diketahui bahwa orang gunung paling kompak, miltan, solid dan berdasarkan analisis sosiologis lainnya sesungguhnya calon paling significant dan yang paling menentukan pemenang Gubernur Papua periode 2011-2016 adalah calon Guberbur asal PTP, lepas dari siapapun orangnya. 

Dari sejumlah kandidat yang sudah muncul melalui kampanye gelar poster dan spanduk dijalan-jalan utama kota dan sudut seluruh Papua, menempatkan beberapa kandidat kuat menunjukkan kekuatan uang bermain disana. Terlihat baru beberapa orang yakni Habel Melkias Suae dan Klemen Tinal yang terpopuler saat ini. Alex Hesegem (Wakil Gubernur Papua) dan Barnabas Suebu Gubernur Papua aktif rasanya tidak perlu kampanye lagi atau karena terbentur aturan larangan kampanye karena pejabat aktif.

Namun mereka yang terlanjur dikenal public itu juga telah resmi mendaftarkan diri di KPUD Propinsi Calon Gubernur Papua. Banyak calon belum memulai star kampanye namun sudah diperkirakan akan ambil bagian dalam pesta demokrasi Rakyat papua paling menentukan ini adalah beberapa nama refresentasi PTP diantaranya Lukas Enembe (kini Bupati Punjak Jaya) dan Welinton Wenda. 

Dari sisi Partai GOLKAR banyak kader adalah persoalan lain internal Partai diantara siapa yang akan direkomendasikan dari sekian banyak kadernya. Selama ini Golkar dikenal banyak kader yang unggul diatas rata-rata tersebar diberbagai jajaran elit pejabat public Papua. Ada persoalan yang diangkat beberapa media local tentang siapa yang didukung Ketua Umum GOLKAR pusat untuk dimajukan menjadi Gubernur Propinsi Papua mendatang.

Diantara kader GOLKAR itu ada John Ibo (Ketua DPRD Papua), Alex Hesegem, Paskalis Kosay (Anggota DPR RI pusat) dan jangan lupa bahwa Barnabas Suebu sekalipun jadi Gubernur pemenang saat ini dulu didorong PDIP adalah kader Golkar tulen. Barnabas Suebu SH jadi Gubernur saat ini didorong dan dimajukan oleh PDIP pada periode lalu.

Namun secara cultural Kaka Bas (sapaan akrab Barnabas Suebu) kita mafhum bersama adalah kader GOLKAR par exelance era Orde Baru. Kaka Bas tatkala meniti karir politik pertama dari ketua KNPI Papua kala itu, kemudian menjadi Gubernur termuda Indonesia pada usia 30 tahun tidak lain adalah kader GOLKAR terbaik. Bahkan dalam survey terakhir, terlepas survey sponshorshif atau bukan, Kaka Bas  masuk urutan pertama terpopuler calon Gubernur Papua 2001-2016, demikian hasil polling lain menunjukkan hasil sama. 

Partai berkuasa dipusat saat ini adalah Partai Demokrat, tentu mesin politik di Papua belum sekuat yang dimiliki Partai Golkar dan PDIP namun politik prakmatisme uang dan intervensi kekuasaan pusat sangat berpengaruh penentu kemenangan dengan berbagai intrik dan intervensi kadernya dalam pertarungan PEMILUKADA Papua berhadapan dengan Parpol lain seperti PDIP dan gabungan Partai kecil lainnya.

Periode lalu Demokrat mengusung Lukas Enembe berpasangan dengan wakil Muslim Papua (Arobi Aituaraw) adalah pasangan paling popular kala itu walaupun terakhir tersungkur kalah oleh pasangan Kaka Bas-Alex Hesegem karena adalah factor X dalam penghitungan suara dengan selisih sangat tipis. 

Peran strategis Forum Komunikasi Muslim Pegunungan Tengah (FKMPT) 

FKMPT sebagai Ormas Islam pertama dan paling utama pribumi Islam asal pegunungan tengah Papua. FKMPT posisinya sangat unik diantara dua kekuatan massa besar populasi penduduk Propinsi Papua. Disisi lain FKMPT secara cultural adalah bagian tak terpisahkan dari budaya Pegunungan Tengah Papua.

Namun secara spiritual keagamaan FKMPT bagian tak terpisahkan dari muslim mayoritas Indonesia dan lebih khusus bagian tak terpisahkan dari masyarakat Islam Papua. Jika suara mayoritas Islam penduduk Propinsi Papua tidak punya hak dipilih tapi hanya punya hak memilih sesuai semangat UU Otsus Papua No 21, maka masuk akal bahwa cawagub Muslim Papua menjadi pilihan utama suara mayoritas masyarakat Islam Papua. 

Disinilah peran dan fungsi strategis FKMPT diharapkan dapat memainkan fungsi dan perannya pada kedua kekuatan politik real Papua itu. Peran FKMPT dibutuhkan agar bagaimana cara dapat mengintegrasikan dua kutub itu menjadi sinergis, padu agar muncul satu kekuatan paling menentukan kepemimpinan Papua kedepan.

Politik bukan seperti kalkulasi matematik yang hasilnya perhitungannya bisa selalu tepat dan akurat, namun politik adalah bagian dari ilmu sosial yang kepastian hitungan hasilnya tidak senantiasa tepat karena dimensi ilmu sosial yang wataknya sangat longgar.  

Karena itu Calon Cawagub unsure Islam dari cultur Pegunungan tengah menjadi alternative yang harus dimunculkan. Walaupun semua pihak akan mengatakan bahwa cawagub harus dikenal public. Karena itu konklusi logika ini memunculkan argumentasi bahwa untuk menjadi figure Cawagub refresentasi muslim Papua minimal calon harus popular dipublic Papua.

Namun sebagai organisasi kader FKMPT memiliki kader-kader terbaik tersebar di seluruh Indonesia dapat dimajukan menjadi orang ke 2, mengingat selain kader FKMPT tidak memungkinkan non Papua bisa maju jadi Cagub-Cawagub karena dibatasi aturan pemerintah pusat (baca UU Otsus dan MRP). 

FKMPT sebagai organisasi kader sama dengan Partai Politik PKS. FKMPT sebagaimana Partai PKS, sanggup memunculkan kader-kader berkualitas diluar dari public figure muslim Papua dikenal selama ini yang oleh berbagai aturan kekhususan Papua terhalang dimajukan.

Karena itu FKMPT harus sanggup dan dapat memajukan Cawagub muslim Papua dan sanggup mendongkrak perolehan suara pemilihan kepala daerah Papua. Karena itu FKMPT dalam posisi strategis dan perannya ditengah kemajemukan (pluralism) masyarakat Papua harus sanggup memunculkan kader-kader terbaiknya menjadi Cagub-Cawagub 2011-2016 mendatang.

Maka dengan demikian diharapkan suara mayoritas Islam Papua disatu pihak dan masyarakat Pegunungan Tengah Papua pihak lain, tentunya sangat menentukan dan semua suara akan dilarikan pada kandidat Gubernur yang berpasangan dengan “Muslim-Koteka”, Papua adalah jaminan kemenangan kepemimpinan Papua 2011-2016 kedepan.


*Ismail Asso adalah Ketua Umum Forum Komunikasi Muslim Pegunungan Tengah Papua (FKMPT), tinggal di Kampung Muslim Walesi, Angkasapura Jayapura Utara Papua