A. BEBUKA
Dalam minggu ini sebahagian saudara muslim Papua sedang merayakan Hari Raya Idul Fitri. Dalam kaitan ini saya di telepon oleh Presiden AMPTP (Aliansi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua), untuk mengucapkan selamat berhari Raya idul Fitri, karena dia tahu bahwa saya merayakannya. Selanjutnya saya meminta waktu untuk bertemu. Permintaan saya di penuhi dan kami bertemu di sebuah tempat yang kami janjian.
B. PENDAHULUAN
Karena saya tahu bahwa tokoh muda Papua yang berhadapan dengan saya adalah seorang tokoh penting, maka obrolan harus diarahkan sekitar pandangannya tentang Papua kedepan. Sejumlah pertanyaan dan obrolan selanjutnya tentang bagaimana Papua seharusnya kedepan ini, menjadi thema obrolan kami dalam pertemuan empat mata tersebut. Kami berdua berbicara panjang lebar, terutama saya lebih banyak mendengar untuk mengikuti pandangannya, karena saya tahu bahwa dia adalah tokoh penting, Presiden AMPTP, maka ketika ia menjelaskan sejumlah agenda dan prestasi sekitar perkembangan organisasi yang dikomandoinya itu, saya hanya diam dan ikuti saja.
Dari sekian banyak pandangannya yang menjadi menarik buat saya dan fokus perhatian adalah seputar gagasannya tentang : "Pembangunan Nasionalisme Untuk Menuju Papua Baru". Hal ini buat saya sangat menarik untuk dikomentari serta di tulis disini, karena idealisme demikian menjadi inspirasi saya untuk menulis disini. Karena itu rekaman obrolan dan percikan pemikirannya saya tulis disini, dengan harapan bahwa pemikiran demikian dari seorang tokoh muda Papua, penting diwacanakan, bukan saja karena Ketua/ President AMPTP, adalah tokoh dominant masa ini, namun juga gagasan-gagasannya yang menurut saya sangat luar biasa dapat diketahui publik, karenanya penting untuk diikuti . Dengan asumsi bahwa Papua Barat, (West Papua), yang menentukan arah dan kecenderungan kebijakan masa depan nantinya ada di pundak Generasi Muda Papua.
C. MENUJU PAPUA BARU
Dari sekian pandangannya dari sejumlah fakta dan kenyataan bangsa Papua hari ini, dalam menuju Pembangunan Nasionalisme Untuk Menuju Papua Baru, adalah bahwa kenyataan generasi Papua masa lalu telah gagal, dan telah tidak terlalu secara significant berhasil dalam membawa keluar Papua. Bahwa menurutnya Para Tokoh Papua umumnya memiliki kesadaran sama, yakni kesadaran akan kebutuhan untuk menentukan nasib sendiri, menuju Papua Independent. Namun terkesan segelintir para elit memiliki agenda secara pribadi, sehingga motivasinya menjadi survival exsistence yang egosentris yang justeru mematikan nasionalisme Papua itu sendiri. Oleh sebab itu para elit Papua dewasa ini terjebak pada politik paragmatis yang itu tidak menguntungkan Papua secara menyeluruh, terutama kebutuhan akan menentukan nasib sendiri.
Oleh sebab itu, lebih lanjut, ia mengusulkan sejumlah harapan sekaligus agenda yang harusnya diemban para Bupati yang berkelimpahan uang Otonomi Khusus untuk pembangunan infrasruktur dan suprastruktur menjadi agenda mendesak. Adapun usulan konkrit yang penting diperhatikan para Bupati diseluruh tanah Papua adalah infestasi pendidikan dalam bentuk kaderisasi Generasi pelanjut Papua untuk menimba ilmu di luar negeri.
Sejak Otsus di berlakukan di Papua Barat, harus diakui bahwa banyak uang mengalir dari Pusat yang berasal dari banyak sumber, baik bantuan dari sejumlah negara Masyarakat Ekonomi Eropa, Amerika maupun hasil Sumber Daya Alam Papua sendiri. Menyadari banyak uang yang mengalir dari Pusat dan tersangkut di elit penguasa lokal, terutama para Bupati, maka sebaiknya masing-masing Bupati mengutus dan masing-masing Kabupaten membeasiswakan anak-anak Papua belajar keluar negeri untuk menimba ilmu.
Agenda pengiriman mahasiswa Papua kesejumlah negara Barat adalah kebutuhan Papua saat ini dan keweajiban para Bupati untuk masing-masing Kabupaten, sebab mengirim anak-anak Papua untuk belajar dan menimba ilmu di sejumlah negara Eropa dan Amerika adalah bagian dari investasi pendidikan untuk menuju masa depan Papua yang bermartabat. (Bersambung).
*** ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar