Minggu, 03 Februari 2008

PAPUA KRISIS PEMIMPIN

Praktis sudah tidak ada pemimpin yang disegani saat ini, baik oleh pihak penjajah maupun rakyat terjajah (baca : Papua Barat). Pasca martirnya Pemimpin Papua yang refresentatif Theys H Eluay, perjuangan gerakan Papua Merdeka ibarat hidup segan mati tak mau. Hal ini disebabkan oleh tiadanya kepemimpinan yang kuat dalam tubuh gerakan perjuangan untuk menentukan nasib masa depan Papua Barat yang berdaulat dan bermartabat.

Kelemahan dalam perjuangan yang kita hadapi berhadapan dengan Indonesia dan kekalahan demi kekalahan telah banyak menuai rakyat Papua Barat, praktis tanpa perlawanan dan manuver politik oleh pemimpin kecuali hanya letupan sedikit-sedikit yang dimainkan Thaha Al-Hamid tidak berarti kecuali hanya melahirkan beberapa penyakit masyarakat seperti wacana pemekaran Irian Jaya Selatan dan pengucurana dana Otsus oleh pemerintah sebagai senjata satu-satunya yang paling ampuh untuk melemahkan para pemimpin Papua Barat adalah lagu lama Indonesia yang kita tahu bersama dimainkan Jakarta.

Sejak Otsus sebagai kekalahan di pihak Papua, Jakarta semakin merambah, diantaranya dengan mengucurkan uang pinjaman luar negeri membuat para Pemimpin (pejabat) semakin menibobokan saja tanpa menyadari bahwa kekayaan alam Papua semakin terkuras. Bahkan issu peluncuran satelit di Biak Papua Barat adalah contoh lain bahwa kita dan para pejuang Papua total kalah bertekuk lutut dikaki SBY-JK dihadapan Internasional.

Penyebaran penyakit mematikan HIV/AIDS dan makanan / minuman bercun belum lagi habis. Indonesia membuat issu baru peluncuran saltelit di Biak adalah pengalihan issu penyebaran makanan dan minuman beracun sebagai proyek pembunuhan oleh militer Indonesia (TNI/POLRI)secara sitematis tanpa menggunakan senjata sangat kelihatan dimainkan oleh Jakarta. Indonesia tidak merasa bertanggunggung jawab dan hal ini kelihatan bahwa Menteri Kesehatan tidak perduli akan banyak kematian rakyat Papua Barat yang tidak berdosa oleh penyakit HIV/AIDS dan makanan/minuman beracun secara sis-sia dewasa ini.

Mengapa hal ini semua dibiarkan oleh Indonesia dan para pemimpinnya ? Menteri Kesehatan Fadhilah Supari membiarkan dan tidak peduli dengan Rakyat Papua Barat mati terinveksi HIV/AIDS dan makanan/minuman beracun? Mengapa masalah Otsus belum beres dan dilaksanakan secara konsisten, rakyat Papua Barat diperhadapakan lagi dengan soal pemekaran Irja Selatan, kemudian kini dengan peluncuran satelit di Pulau Biak Papua Barat?

Semua pertanyaan ini jawabannya hanya satu, Papua saat ini krisis Pemimpin sekelas, Oskup Bello, Nelson Mandela, Uskup Tutu, Xanan Gusmao, Soekarno, Cut Nyak Din, Malcom X, Martin Luther King Jr, Ayatullah Imam Khumaini, Mahatma Ghandy, Theys Hiyo Eluay. Papua saat ini belum memiliki seorang pemimpin yang legitimid dan kuat yang revolusioner yang berarti adalah akibat langsung stagnasi gerakan perjuangan saat ini menjadi masuk akal kalau kemudian perjuangan disatu pihak dan pembunuhan rakyat Papua secara sistematis berjalan tidak ada perlawanan secara massal dilakukan di Papua Barat saat ini.

Kalau begitu harus bagaimana untuk mengatasi ini? Dialog Nasional tidak dizinkan atau dilarang Indonesia, kongres ke sekian kali OPM/PDP juga dilarang Indonesia. Kalau begitu harus bagaimana? Saya juga tidak tahu, harus bagaimana, tapi masalah kita, masalah Papua Barat, saat ini adalah krisis kepemimpinan alias tidak ada pemimpin refresentatif (diakui digunung dan dipesisir/pulau) sebagai seorang pemimpin nasional Papua untuk meyatukan semua umat/rakyat Papua yang pluralistik.

Tidak ada komentar: