Minggu, 03 Februari 2008

PERTEMUAN DUA SAHABAT SE-IDEALISME

Pada hari Jum'at tanggal 10 tahun 2006, jam 18.00 WIB, diasrama Mahasiswa atau sekretariat AMPTP, wilayah koordinator jakarta. Dalam acara syukuran seorang rekan senior Papua yang akan kembali ke Papua (Jayapura), dalam rangka pindah tugas kerja, sebagai PNS. Saya kedatangan seorang sahabat, Pejuang Papua Merdeka, yang se-idealisme.

Dalam acara perpisahan dan kebaktian bersama secara Ukumene itu, semua komunitas Pegunungan Tengah, utamanya mahasiswa dan sejumlah daerah lain Papua turut hadir, untuk melepas kepergian rekan senior Papua dari Wamena itu. Kami semua, kawan-kawan Papua, yang sudah saling kenal-mengenal selama ini diundang untuk melepas kepergian kawan kami untuk melanjutkan pengabdian tugas terakhir di tanah jajahan, Papua Barat (West Papua).

Dalam pada itu saya dikejutkan oleh seorang sahabat. Dia adalah sahabat lama. Sahabat lama yang sudah kami saling mengenal-mengenal dan sangat akrab, bahkan persahabatn yang sangat intim. Dia adalah sahabat yang selama ini sering kami bertemu akrab, dalam gagasan. Namun belum pernah bertemu muka. Kami memang sangat akrab dan cukup intim. Walupun kami belum pernah hubungan kontak person secara pribadi. Sekalipun begitu kami merasa cukup saling mengenal secara intim. Karena kami bertemu dan saling cocok dalam gagasan dalam milis. Kami selalu bertemu dalam ide dan gagasan kontruktif dalam milis, dan kami saling cocok, walau itu hanya dalam milis internet.

Karena itu dia cepat mengenali saya dan bertemu saya seakan sebelumnya kami pernah secara face to face, bertemu dan kenal lama. Padahal kami sama sekali belum pernah sekalipun berinteraksi secara fisik, kecuali hanya lewat milis internet sebagai
sesama anggota yahoogroups, yang selama ini kami ikuti. Itu saja selebihnya kami tidak pernah bertemu secara fisik atau kontak melelui media lain, sama sekali tidak pernah.

Namun begitu dia diberitahu dan yang lain menunjuk kearah siapa dan bagaimana bentuk postur tubuh, tinggi badan, rambut , raut muka, tatkala jari telunjuk seseorang mengarahkan kearah dimana posisi saya berdiri, dia langsung segera datang menyapa dan
sayapun menyambutnya dengan senang hati.

Dalam pencariannya dia akan keberadaan saya selama ini, dimana dan bagaimana sosok sesungguhnya sahabat, Ismail Asso, untuk bertemu langsung selalu dilakukan dan di carinya keberadaan saya, adalah suatu usaha seorang sahabat yang tak kenal lelah.
Dari Jayapura sampai Jogjakarta, dan untuk pertama dan terakhir kalinya akan pencariannya selama ini, kami bertemu di asrama Jengki, sekretariat AMPTPI di
Jakarta.

Pertemuan terakhir dari pencariannya dan pertama kalinya bertemu secara fisik, adalah pertemuan kami tak ternilai harganya bagi saya untuk pencariannya ini. Kami berdua bertemu untuk berbicara tentang masa depan Papua, terutama mempertemukan konsep dan paradigma baru dalam mencari dan merumuskan format perjuangan Papua Merdeka yang ideal sesuai konteks perubahan zaman yang senantiasa berubah.

Usahanya untuk bertemu muka dengan saya selama ini adalah tak ternilai tingginya penghargaan saya padanya. Pada mula dia hadir dalam acara ini, beliau datang khusus bertemu dengan yang empunya nama si Ismail Asso. Dia bertanya pada rekan-rekan
yunior/Mahasiswa Jakarta akan mana, nama seseorang yang dicarinya itu berada serta bagaimana sebenarnya wajah mukanya. Dia bertanya pada sejumlah orang yang hadir di acara itu.

Oleh rekan-rekan yunior/Mahasiswa Papua yang hadir diacara itu di sampaikan bahwa oarang yang dicarinya itu sedang ada hadir dalam acara itu. Dan padanya disampaikan bahwa orang itu adalah ini, saya ditunjuk.

Saya ditunjuk dan dia datang menghampiri saya dengan tanpa ragu sedikitpun. Dengan serta-merta sembari semangat persahabatan oleh seorang sahabat sejati. Dia menghampiri dan berjabat tangan saya. Dengan balasan penuh senyum persahabatn saya
menyodorkan tangan untuk berjabat tangan. Jadilah kami untuk pertamakalinya berjabat tangan, seakan kami telah lama sudah saling kenal dan sering berinteraksi secara lansung. Padahal kami baru bertemu muka pada malam itu, tapi kami langsung menjadi akrab.

Dia memperkenalkan diri dengan menyebut nama yang selama ini sering digunakannya di milis yang cukup populer dalam komunitas Papua. Akhirnya sayapun langsung mengenalinya, dan saya sangat mengenal akan yang empunya nama yang dia sebutnya sebagai dirinya yang selama ini cukup akrab dalam diskusi dimilis komunitas papua, terutam pemikirannya.

Karena itu saya sangat mengenal siapa dia terutama kesesuaian akan pemikiran kami berdua dimilis. Walaupun sang pemilik nama yang sekarang ada didepan saya ini, secara fisik baru bertemu langsung untuk pertama kalinya pada kesempatan dan di tempat ini.

Oleh sebab itu sayapun merasa akrab langsung dan obrolanpun langsung mengalir dalam perbincangan kami berdua selanjutnya. Untuk lebih fokus dan lebih terarah akan obrolan kami. Maka kamipun mengambil tempat di pojok asrama, disebuah warung rokok dan kami berbincang selama beberapa menit. Walaupun pertemuan kami hanya beberapa menit saja, namun banyak hal yang kami bahas terutama menyangkut strategi perjuangan Papua Merdeka kedepan.

Adapun obrolan kami seputar, bagaimana, format perjuangan Papua Merdeka yang ideal, dan bagaimana konsep yang tepat untuk tujuan itu? Strategi perjuangan Papua Merdeka ini sebaiknya seperti apa? Adalah tema-tema obrolan yang mengalir dari bibir kami dua.

Selanjutnya kami berpisah, dengan berjanji sewaktu-waktu kami akan segera ketemu untuk membahas sejumlah agenda seputar "Format Perjuangan Papua" yang ideal, serta bagaimana upaya merumuskan kembali pendekatan perjuangan yang sebaiknya di tempuh oleh Papua, dalam usahanya menegakkan demokrasi di Tanah Papua Barat.

Tidak ada komentar: